Guru

Ida Tri: Tantangan Menjadi Seorang Pengajar

Ida Tri Wahyuni, S.S, atau akrab disapa Bu Ida, merupakan salah satu pengajar mata pelajaran Bahasa. Inggris di SMA Khadijah Surabaya. Beliau lahir pada 28 Nopember 1972 di Tulungagung, Jawa timur.

Ibu rumah tangga sekaligus guru ini juga merupakan mahasiswa lulusan Universitas Airlangga jurusan Bahasa dan Sastra Inggris di Surabaya. Namun siapa sangka ada cerita menarik di balik perjalanan nya menjadi guru sampai saat ini. Beliau memutuskan menjadi guru karena profesi ini bisa dijalankan tanpa harus meninggalkan kewajiban sebagai seorang ibu dan istri. Bu Ida sendiri mulai mengajar di SMA Khadijah pada 13 Agustus 1997 . Yang pada saat itu seperti sebuah kebetulan wanita cantik ini mendapat penawaran mengajar di SMA Khadijah oleh adik tingkat nya, akan tetapi adik tingkat nya sedang mengerjakan skripsi sehingga meminta beliau untuk menggantikan nya, beliau pun meng iyakan dan setelah nya dipanggil untuk wawancara serta melengkapi berkas berkas lainnya. Jadi sudah sekitar 24 tahun beliau menjadi guru dan ini adalah taun ke 25 beliau mengajar di SMA Khadijah Surabaya.

Meskipun wanita kelahiran 1972 ini tidak berkuliah di jurusan pendidikan/keguruan, beliau belajar secara otodidak dengan memanfaatkan hobi membaca nya untuk mempelajari ilmu tentang mengajar. Karenanya ketika beliau mendapat kesempatan untuk mengikuti PLPG (Pelatihan dan Latihan Profesi Guru) wanita ini saya amerasa senang luar biasa karena bisa mendapatkan pendidikan formal untuk mengajar. Beliau juga pernah berkesempatan menjadi IN (IN struktur Nasional).

” Ketika saya berkesempatan menjadi IN (Instruktur Nasional) dua kali yaitu IN Kurikulum 2013 pada tahun 2014, dan IN Guru Pembelajar pada tahun 2016, ini adalah kesempatan yang luar biasa bagi saya untuk bisa sharing dengan banyak guru di berbagai daerah, dengan segala kedinamikanya” ungkap Bu Ida via chat WhatsApp.

Sampai sekarang pun beliau masih suka membaca apapun dan berbagi dengan siapapun cara mengajar dan mendidik siswa yang lebih baik. Bahkan beliau juga berkolaborasi dengan guru-guru yang masih muda untuk mendapatkan info terkini dan perkembangan di dunia pendidikan. Kesimpulan yang beliau pelajari adalah belajar itu harus menyenangkan. Dengan begitu belajar tidak menjadi beban, dan tidak membosankan.

Ketika tim redaksi bertanya cara beliau dalam menghadapi watak dan kepribadian siswa yang berbeda, beliau menanggapi dengan menjawab
“Biasanya level atas dan bawah ini tidak banyak, yang mayoritas adalah level pertengahan. Kelompok ini kalau tidak di perhatikan, juga bisa kurang bersemangat. Maka saya biasanya akan berusaha menghafal nama mereka satu per satu, bukan saja siswa yang menonjol tapi juga siswa yang biasa-biasa saja” papar beliau via chat WhatsApp

Adapun pesan-pesan untuk siswa-siswi SMA Khadijah dari beliau untuk menjadi siswa terbaik yang bisa upayakan. Begitu pula ketika menjadi anak, sahabat, juga sebagai hamba Allah. Sepanjang dalam koridor ketakwaan kepada Allah SWT. Baliau juga mengungkapkan;

“Kalian tidak harus menjadi si A atau si B. Kalian boleh menjadikan A atau B sebagai inspirasi, tapi tetaplah jadi diri sendiri dengan versi terbaik kalian”.

Menjadi anak yang sholih sholihah dengan adab yang baik, lebih diharapkan dan membanggakan dari pada hanya menjadi anak yang pintar saja, tanpa keshalihan dan adab yang baik. (bil)

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *