Oleh: Aqila Viki Fakhria Ramadani
Pemandangan Setelah Kumandang Akbar
Bunga-bunga bermekaran
Berdansa riang tertiup angin
Pemandangan setelah kumandang akbar
Proklamasi kala itu seolah fatamorgana.
Pemandangan setelah kumandang akbar
Perintah-perintah sampah yang berjatuhan
Cakrawala yang terus kelabu
Kini semakin keruh dengan hiasan kertas ultimatum
Seolah seperti tidak punya malu
Kembali datang untuk mengambil kayu dan batu
Bahkan meminta api dan air juga
Berbagi tanpa meninggalkan remah untuk pemiliknya
Pemandangan setelah kumandang akbar
Orasi dari satu yang menjadi penyemangat bagi semua.
Menggelegar melalui radio-radio kala itu.
Buat mereka kembali buktikan bahwa penantang akan uji nyali.
Kala Selasa Sore
Rintiknya yang menghantam bentala
Membuat kita berlari ke pelukannya
Membiarkan mereka merengkuh atma
Hangatnya sensasi kala sore selasa
Senyumnya yang cerah bagai mentari
Tak bosan di pamerkan tiap kita bersemi
Kini harus di ikhlaskan
Karena hal baru kan gantikan
Wajah baru yang makin asing di ingatan
Buat ku di terjang ombak kerinduan
Mungkin aku sudah sedikit melupa
Hingga akhirnya harus melepas Bersama
Oleh: Meshikioslee
Dia, Yang Pergi Bersama Deburan Ombak.
Bahkan samudera pun mencintaimu, Wira ku.
Hingga tuhan pun izinkan kamu ikut terseret dalam tarian arus itu.
Bersama melodi-melodi deburan ombak syahdu favorit mu.
Kau pergi menuju pelukan-Nya tanpa pamit pada ku.
Aku awalnya tidak ikhlas, kau pergi tanpa pamit dari ku.
Betapa egois dan serakahnya diri ku atas mu.
Hingga aku terlupa.
Bahwa engkau merupakan milik-Nya.
Ku relakan diri mu.
Bagai ibrahim yang menyembelih anaknya sang Ismail.
Tuhan, tau yang terbaik untuk ku.
Tuhan, tau yang terbaik untuk mu.
Tuhan, tau yang terbaik untuk kita.
*Kedua penulis merupakan penggemar boyband TXT
source pict: pinterest
537 total views, 3 views today