Opini

TIGA KALI DITOLAK KAMPUS IMPIAN, INI RESEPNYA!

Oleh: Ghinaa

Kalau kalian berakhir membaca rubik ini dengan secercah harapan untuk mendapatkan ‘motivasi’ dari seorang yang mungkin terlihat sangat meyakinkan, kata-katanya bisa dijadikan acuan untuk memberikan gebrakan semangat yang nyaris musnah; rasa-rasanya itu nggak terlalu benar.

Jujur, kata-kata motivasi semacam “Perjuangan ini akan mengantarkanmu berlabuh ke destinasi terbaik. Jangan putus asa.” menurutku pribadi agak terlalu… Banyak dijumpai (dan agak cringe, mengetahui anda-anda sekalian ini Gen Z) jadi I won’t do it. 

Disclaimer: mungkin tulisan ini tidak akan sepenuhnya menjadi sesuatu yang memotivasi, ini hanyalah kilas balik empat tahun yang lalu, dimana rasanya hidup ini penuh akan ketidak pastian. 

Perlu diketahui bahwa semasa SMA dulu, rasanya semua motivasi yang ada di social media akan dijadikan acuan–bahwa semua ini akan berakhir baik-baik saja, bahwa nantinya perjuangan ini akan membawa kita ke akhir yang bahagia, perjalanan ini tidak akan sia-sia.

Setiap hari rasanya tidak patut berbuat dosa sekecil apapun karena takut; takut kalau-kalau dosa ini bisa menggagalkan do’a-do’a yang setiap malam terpanjat ke Yang Maha Kuasa. Pikiran tentang kampus impian dan kehidupan yang akan datang memenuhi otak dikala senja menyapa. Weekend dan tanggal merah pun tidak berarti karena tubuh ini rasanya tidak bisa diajak rehat sejenak. 

Semua yang sedang berada di titik ini pasti berada di dalam dua golongan; 1) Yang mendapatkan warna merah berani di pengumuman jalur undangan (yang menurutku ketidakpastiannya 90%) atau 2) Berjuang sedari awal karena beruntung tidak mendapatkan angan-angan palsu jalur undangan. 

Sejujurnya aku sendiri termasuk golongan pertama. Sudah melambungkan harapan setinggi-tingginya eh… Jatuh ke dalam segitiga bermuda. 

Dibandingkan adik yang merupakan anak emas kebanggaan sekolah, harapanku saat masih kelas 12 cukup sederhana; yang penting kuliah deh. Ditolak tiga kali oleh kampus impian membuat hati ini sedikit pasrah. Rasanya semua perjuangan dan do’a ini kok tidak membuahkan hasil yang diinginkan, apa ada yang salah?

Memang sih, kemampuan saintek buruk rupa dan otak yang berisi angan-angan ini tidak bisa terlalu diharapkan masuk ke kampus top yang terletak di pertengahan pulau Jawa. Tapi perasaan anak meja seberang yang kerjanya ketawa-ketiwi setiap pelajaran malah mendapatkan layar biru waktu pengumuman jalur undangan, di kampus impiannya pula. 

Disini, I only wanted to tell you guys, jangan berkecil hati. Faktanya, adikku si anak emas pun ternyata harus berjuang di jalur UTBK bulan ini.

Aku dulu juga berjuang, walaupun hasilnya terlalu pas-pasan. Dulu, kerjaanku di bimbel hanya memikirkan pentol kacang yang dijual di depan pagar bimbingan belajar, sisanya memikirkan gambling soal UTBK yang juga penuh ketidakpastian. Bukan berarti ini memotivasi untuk duduk santai dan menunggu hasil, tapi intinya, semua orang itu punya pace yang berbeda-beda. Kalian tidak bisa membandingkan kecepatan lari cheetah dan kukang.

Jangan FOMO, sangat penting. Apapun hasilnya nanti itu sudah yang paling baik, hasil kemampuan kalian sendiri. Mengutip dari Pak Adib, “Semua orang itu sudah ada tujuan masing-masing, tapi untuk sampai kesana ada yang naik mobil, ada yang jalan kaki. Jalannya pun berbeda-beda, ada yang naik, turun, tapi pada akhirnya akan sampai ke tujuan akhir.”

“Kayanya semua orang tua juga bakal bilang gitu deh, Mbak.”

I knowwww! Dulu aku juga sama sekali gak percaya dengan omongan semacam itu. Dan di waktu-waktu krusial seperti ini omongan semacam itu akan sering kalian dengar, entah dari orang tua sendiri, guru, teman yang sudah tinggal menunggu jadwal OSPEK, atau bahkan sanak saudara yang ketemunya hanya satu tahun sekali. Tapi percaya deh, satu tahun kemudian saat kalian kilas balik ke masa perjuangan (yang amat sangat penuh komedi ini) pasti kalian ketawain. Yakin. Omongan cliche itu ada benarnya, nanti juga pasti ada masa dimana kalian akan berpikir “Oh iya juga ya, dulu tuh coba aku keterima SNBP pasti gak bakal kaya gini,” 

Semua ada jalannya masing-masing and I think you have to believe in yourself for this. Di waktu ini, yang bisa kalian andalkan ya diri kalian sendiri. You are standing on your own feet and always will. 

Put your heads up and go to war then, perjuangan kalian ini belum ada apa-apanya dibandingkan kehidupan mendatang. Jadi jangan berhenti di sini dulu, barangkali ternyata alasan kalian hidup ada di waktu dekat kan siapa yang tau? 

Sending good luck for anyone who’s ready to war this year. Selamat menempuh ujian untuk menjadi mahasiswa! Dari seorang yang hampir menanggalkan title mahasiswa-nya.

May 7th 2023, 10:10 PM

Actually needing motivation to work on my thesis thx.

Ghinaa (Alumnus SMA khadijah yang akan menanggalkan status mahasiswanya | Sastra Inggris – Unair)

Pict: Ambil gambar disini

330 total views, 1 views today

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *