Guru

Agus Fahmi: Tentang Mencerdaskan, Biar Saja Allah yang Berkehendak

(H. Agus Fahmi saat mengisi materi di segmen Dakwah Ramadhan SMA Khadijah, Youtube Turcham Media)

Turcham.com – H. Agus Fahmi, S.Ag atau yang kerap disapa Pak Fahmi / Ust. Fahmi merupakan pengajar mata pelajaran Bahasa Arab di SMA Khadijah Surabaya. Selain itu beliau juga seorang wali kelas, dai, serta pengasuh pondok pesantren.

Pak Fahmi menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya. Pondok Pesantren yang terletak di Wonocolo – Surabaya ini sudah ada sejak tahun 1979, namun pada saat itu masih berupa “Pondok Nduduk” (pondok yang belum tetap), jadi santrinya datang ke pondok pesantren saat waktu mengaji atau belajar saja. Lalu pada tahun 1990-1992, mulai menjadi pondok pesantren yang tetap.

Bagi beliau, menjadi seorang guru tidak hanya semata-mata memberi pengetahuan kepada muridnya, tetapi seorang guru adalah orang yang mampu menjadikan seseorang lebih dewasa dan lebih memahami tentang kehidupan. Tentang mencerdaskan, biar saja Allah yang berkehendak.

“Bagi saya, menjadi guru itu adalah bagian dari kehidupan. Siapapun bisa jadi guru dan siapapun harus bisa jadi guru. Minimal harus menjadi guru untuk dirinya sendiri, menjadi guru untuk anak-anaknya.” terang beliau via panggilan WhatsApp (10/02).

“Guru tanggung jawab dunia akhirat.” Kalimat yang beliau tekankan.

Menjadi guru adalah salah satu kebaikan. Dan melakukan kebaikan adalah cara beliau menerapkan rasa bersyukurnya kepada Allah SWT. Syukur juga bagian dari ibadah. Menurut beliau, syukur artinya membuka diri untuk bisa menerima dan melakukan sesuatu.

Guru kelahiran tahun 1972 ini selalu memegang prinsip amanah dari Alm. KH. Bashori Alwi selaku gurunya saat Pak Fahmi menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Ilmu Al-Quran, Singosari. Alm. KH. Bashori memberi amanah kepada beliau untuk selalu beristiqomah dan ikhlas. Selalu istiqomah menghadiri majelis dan ikhlas untuk mengajar keilmuan yang beliau sanggupi.

Pak Fahmi memiliki jiwa yang bebas, kontribusi beliau kepada orang di sekitarnya membawa dampak besar. Hobi “cangkruk” tak hanya mempunyai arti berbincang hal sepele bagi beliau. Namun, itu adalah taktik beliau untuk dekat dengan masyarakat. Pak Fahmi terjun langsung ke masyarakat untuk membimbing yang awalnya salah menjadi benar.

“Saya pikir, pendidikan itu tidak hanya di lakukan di sekolah. Tetapi, di mana saja bisa.”

Sekitar tahun 2007, beliau mendirikan Serikat Pedagang Kaki Lima di Surabaya. Ini adalah salah satu bentuk kontribusi beliau untuk masyarakat di sekitarnya.

Ust. Fahmi tengah memberikan tausiah tentang peran pemuda dan tantangannya.

Harapan Pak Fahmi bagi siswa-siswi SMA Khadijah sangat sederhana, beliau menginginkan anak didiknya untuk mendirikan sholat tanpa suruhan orang lain, rajin membaca Al-Quran, dan tidak lupa mendoakan orang tua dan guru.

“Terakhir, ini adalah bagian dari akhlak yang mulia, berbicara yang jujur. Semua itu sumbernya dari jujur, pokoknya yang jujur. Nak, hati-hati, jangan sampai membohongi orang tua. Karena kalau barang haram (dusta) sudah masuk ke tubuh kita, masya Allah, semuanya hancur.” tandasnya. (nin/bie)

1,093 total views, 1 views today

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *